BICARAPEREMPUAN.COM – Zaman sekarang standar kecantikan semakin berubah. Didukung oleh keberadaan media sosial–terutama Instagram dan para selebgram–makin jelaslah bahwa perempuan cantik itu adalah mereka yang berbody kurus, tinggi, berkulit putih, wajah tirus, mata belo, berbulu mata antibadai, berhidung mancung, bertulang pipi tinggi, tanpa kerutan, beralis cetar, dan berbibir penuh.
Lantas banyak perempuan “mengorbankan diri” demi bisa mencapai standar kecantikan yang sudah “ditetapkan” ini. Mereka seakan tak pernah puas pada diri mereka sendiri.
Akibatnya, bisa ditebak. Banyak perempuan stres!
Tapi, untungnya, ada para selebgram ini. Mereka adalah model, bloger, aktivis dan desainer yang menjadi penentang status quo majalah kecantikan, iklan fashion dan beauty campaign.
Mereka menyatakan, bahwa seberapa pun berat badan yang mereka punya, mereka berani melangkah menentang norma tradisional. Mereka menunjukkan tak peduli seberapa curvy-nya tubuh mereka, dan mampu tampil cantik dengan menjadi diri sendiri.
Tidak hanya memposting pemikiran membebaskan itu melalui akun Instagram-nya, mereka pun tampil apa adanya dengan percaya diri dan berhasil menginspirasi jutaan orang saat tampil dengan gaya street syle, portofolio yang mencengangkan, dan memukau meski di balik layar saat pemotretan.
Kalau melihat foto-foto mereka, kita bisa melihat betapa merdeka mereka terhadap diri mereka sendiri, apa adanya.
Berikut ini adalah 7 selebgram pendobrak standar kecantikan yang diciptakan dunia fashion dan iklan kecantikan
1. Denise Bidot
“Tak ada yang salah untuk menjadi seorang perempuan.”
Quote ini berkembang menjadi website dan gerakan yang diluncurkan oleh model dan single mom ini untuk menginspirasi perempuan agar mencintai dirinya sendiri dan merayakan individualitas mereka.
Mantan makeup artist ini begitu memukau saat berjalan di runway New York Fashion Week, membawakan koleksi The Chromat dan Serena Williams.
Bidot selalu mendorong perempuan agar menerima kecantikan unik milik mereka masing-masing, tak peduli apa pun bentuk ketidaksempurnaan yang mereka miliki.
2. Clementine Desseaux
Iklan kecantikan selama ini membuat flek hitam pada wajah sebagai bencana bagi perempuan. Namun Desseaux justru mengampanyekan hal sebaliknya.
Ia membentuk body positive advocacy campaign melalui akun @allwomanproject untuk menunjukkan pada industri kecantikan jika sekelompok perempuan dari beragam etnik, usia dan ukuran mampu mewakili kampanye kecantikan juga.
Ia juga memiliki brand-strategy agency yang membantu klien di bidang fashion untuk mendapat art direction, produksi dan identitas brand.
3. Gabby Greg
Mantan kontributor InStyle ini memang seorang style blogger, model dan desainer GabiFresh swimwear, yang berkolaborasi dengan Swimsuits for All, untuk mendesain baju-baju renang Fatkini, bikini for the fats.
Ia melakukan aksi agar para desainer mengakui perempuan dari beragam ukuran tubuh, termasuk plus-size.
4. Tess Holiday
Tahun 2013 ia mengawali gerakan body positive-nya dengan hashtag #effyourbeautystandards, dan dua tahun kemudian ia berada di cover majalah People sebagai supermodel plus size yang diakui oleh dunia.
Bahkan majalah itu menetapkannya sebagai bagian dari 30 orang paling berpengaruh di dunia!
5. Sabine Karlsson
Dengan flek hitam di wajah yang justru ia jadikan sebagai trademark, Sabine memodeli brand internasional seperti Elle, J.Cres dan Christian Siriano.
Sabine mulai berkarier di industri fashion Inggris dan ditolak karena ukuran tubuhnya yang tidak memenuhi standar dunia modeling. 10 tahun kemudian ia menjadi kontestan Scandinavia’s Top Model, dan muncul di sebuah acara TV, Diverse Beauty, sebagai juri tamu.
Ia juga menjadi model Milk Makeup dan Maybelline dan mengampanyekan lipstik “Break the Mold”. Sekarang Sabine ditunjuk sebagai face of L’Oreal Paris dengan kampanye “Your Skin, Your Story”. Kisah Sabine ini juga membuktikan bahwa ketekunan dan kegigihan akan terbayar dengan kesuksesan.
6. Shay Neary
Shay Neary adalah seorang model transgender. Ia suka mewarnai rambutnya dengan warna merah, memakai anting hidung palsu, dan mengampanyekan self-acceptance.
Self-acceptance adalah akar dari cara kita menghargai diri sendiri dan bersikap. Betul kan, girls?
7. Bo Stanley
Bo adalah seorang peselancar, model, dan yogi. Ia mengampanyekan agar perempuan tidak merasa tertekan untuk mengubah bentuk tubuhnya dengan olahraga demi mencapai standar kecantikan ideal.
Ia mempromosikan pesan “health and beauty come in many shapes and sizes” melalui website-nya. Ia banyak berbagi seputar dunia surfing dan pose-pose yoga dalam website pribadinya itu.
Wah, seru tuh, girls! Kepoin yuk!
So, girls, there’s nothing to worry about your body ya! Apa pun bentuk tubuhmu, warna kulitmu, kondisi wajahmu, kamu akan tetap cantik seperti apa adanya kamu.